Aku tak sanggup berkata-kata, sedang hatiku berontak.
Kau kah itu?
Ciptaan Tuhan yang tak pernah henti ku lafadzkan bayangannya, secepat itu berlalu mengalahkan lotus yg berhembus hingga membekukanku nyaris membiru...
Kau anggap apa airmata ini?
Kau sebut apa pengorbanan dan peristiwa pahit yang ku jalani?
Tidakkah kau punya mata untuk melihat? Telinga untu
k mendengar? Mulut untuk berbicara? Serta hati untuk merasakan?
Kau kenalkan aku pada dunia.
Kau ajarkanku membedakan hitam dan putih.
Kau membelaiku dalam buaian kata-kata titisan syurga.
Lalu kau lumpuhkan aku terseok meronta bagai pengemis yang tiada berdaya.
Kau patahkan sejuta harapan terbaik yang ternyata tidak akan pernah terwujud dan hanya tertahan tersimpan rapi dalam fatamorgana.
Jangan berhenti.
Biar aku saja yang kau sakiti.
Jangan terdiam.
Biar aku saja yang mendengar egoismu.
Jangan bersedih.
Biar aku saja yang menanggung perih.
Jangan menunduk.
Biarkan mata kita bertemu agar kau tau betapa hebatnya perasaan ini padamu.
Tak sekalipun pernah aku menuntut darimu agar kau merasakan. Sakitnya. Rasa. Kehilangan
Kau kenalkan aku pada dunia.
Kau ajarkanku membedakan hitam dan putih.
Kau membelaiku dalam buaian kata-kata titisan syurga.
Lalu kau lumpuhkan aku terseok meronta bagai pengemis yang tiada berdaya.
Kau patahkan sejuta harapan terbaik yang ternyata tidak akan pernah terwujud dan hanya tertahan tersimpan rapi dalam fatamorgana.
Jangan berhenti.
Biar aku saja yang kau sakiti.
Jangan terdiam.
Biar aku saja yang mendengar egoismu.
Jangan bersedih.
Biar aku saja yang menanggung perih.
Jangan menunduk.
Biarkan mata kita bertemu agar kau tau betapa hebatnya perasaan ini padamu.
Tak sekalipun pernah aku menuntut darimu agar kau merasakan. Sakitnya. Rasa. Kehilangan
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar